Kita sudah sering mendengar tentang mayat putri duyung tipuan. Namun kini di Indonesia ditemukan satu mayat putri duyung. Warga menyebutnya jenglot putri duyung.
Mayat tersebut ditemukan oleh Raden Penewu Surakso Tarwono atau biasa disapa Mbah Nono juru kunci pantai laut selatan, Parangtritis , Yogyakarta. Baerikut kutipan dari Dekrit.com :
Mbah nono menceritakan asal mula penemuan itu. Seperti biasanya, malam itu Kamis (12/2) sekitar pukul 02.00 WIB, ditemani salah seorang rekannya yang juga senang menjalani ritual di Pantai Parangtritis bernama Riyan (40), Mbah Nono laku olah batin di Kali Mati yang ada tepi pantai Parangtritis.
“Saat kami tengah ritual di pantai, mendadak datang seorang laki-laki berpakaian serba putih yang datang dari arah laut memberikan perahu yang terbuat dari mancung kelapa. Usai menyerahkan perahu, ia hanya mengucapkan perkataan “titip iki rumaten, titip ini rawatlah”. Lelaki yang layaknya seorang ulama itu berjalan di atas air laut dan menuju ke perahu yang dinaikinya.
“Anehnya, tak lama kemudian baik perahu maupun lelaki berjambang putih itu pun lenyap di telan kegelapan malam bersama perahunya,”terang Mbah Nono panjang lebar seraya menunjukkan kedua tangannya yang merinding manakala harus menceritakan lagi kejadian aneh yang pernah dialami.
Meski saat itu sedikit agak gelisah, Mbah Nono pun memberanikan diri untuk bertanya untuk apa mancung diberikan kepadanya. Saat itu, Mbah Nono dan rekannya tidak mendapatkan jawaban apa pun. Laki-laki berpostur tinggi besar dengan busana serba putih itu hanya diam tanpa berkata sepatah kata pun.
Ternyata dua mancung yang saling mengkait menutup rapat itu hanya berisi gundukan pasir laut. Selang beberapa saat usai membersihkan pasir dari mancung sepanjang 35 Cm dan Lebar 5 Cm itu Mbah Nono pun dibuatnya terkesiap manakala dilihatnya ada wujud putri duyung di dalamnya.
Setelah kembali dilakukan tayuh, makhluk yang dikalungi pada lehernya dengan untaian Bunga Kantil serta merta berkata bahwa ia bernama Nyai Saidah yang berasal dari Kandang Haur, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
Namun karena kebingungan cara menyimpannya, Mbah Nono kemudian melarung mayat tersebut ke Pelabuhan Ratu supaya makhluk itu kembali ke asalnya.