Perampok Bank CIMB Niaga, Medan |
Kasus perampokan bersenjata kian marak. Setelah perampokan Bank CIMB Medan 18 Agustus lalu, perampok bersenjata di Jakarta, terakhir kawanan perampok juga menggasak mesin ATM sebuah bank di Bukit Tinggi.
Kejadian yang terakhir itu berlangsung justru ketika aparat kita sedang siaga penuh mengawasi gerakan kelompok perampok Medan. Hebatnya mereka beraksi dengan senjata serbu seperti M16 dan AK-47.
Darimana mereka memperoleh senjata serbu seperti itu? Itulah yang menjadi pertanyaan besar selama ini. Laporan dari International Crisis Group menyebutkan bahwa sebagian senjata yang beredar di masyarakat bersumber dari gudang senjata polisi yang dibobol oleh anggota polisi sendiri. Pembobolan itu antara lain terjadi di gudang senjata Brimob di Lembang, Bandung.
Selain dari gudang, menurut laporan ICG, senjata juga diperoleh dari jalur perdagangan internasional. Dari Philipina hingga Thailand. ICG menelusuri kelompok yang disebut sebagai sebagai jalur Phuket, rute belanja tradiosional Gerakan Aceh Merdeka (GAM) semenjak 1976.
Senjata juga bisa diperoleh dari Cipacing, perajin senapan angin tradisonal di Sumedang, Jawa Barat. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa mereka lazim membeli laras afkiran dari PT Pindad di Bandung. Liputan lengkap soal sumber senjata itu baca di sini.
Manajemen PT Pindad membantah keras. Menurut Direktur Pindad Adi A Soedarsono, barang afkiran itu tak mungkin lolos keluar sebab semua karyawan saban hari diperiksa ketat saat keluar dari perusahaan itu. Bantahan Pindad baca di sini.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Iskandar Hasan, mengaku mengawas ketat setiap tempat yang diduga memproduksi senjata api ilegal. “Intelegen kami, Polres hingga Polsek mengawasinya secara ketat,”katanya. Tidak semua polisi, lanjutnya, boleh memegang senjata. Mereka harus melewati serangkaian tes, termasuk kejiwaan. Baca sangahan selengkapnya di sini.