PENGHARGAAN dunia terhadap batik Indonesia sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia (Intangible Cultural Heritage of Humanity) tentu sangat membanggakan. Namun di balik itu semua, masyarakat Indonesia mengemban tanggung jawab besar untuk melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa.
Edward Hutabarat yang telah menggeluti dunia busana selama 30 tahun mengungkapkan, bahwa batik tidak hanya sekadar wujud fisik busana khas Indonesia.
"Kita harus menyuguhkan batik bukan hanya kain. Jadi ketika penjual batik menjualnya seharga Rp5 juta kepada pembeli, pembeli diam. Batik seharga itu padahal dibikin selama 5 bulan, dengan banyak orang. Dan harga segitu dibagi-bagi lagi," ujar Edward saat konferensi pers "Cintaku Pada Batik Takkan Pernah Pudar" di Museum Nasional, Jakarta, Jumat (1/10/2010).
"Setiap goresan canting dalam proses pembuatan batik, melibatkan segenap emosi dan membawa banyak aspek kehidupan maupun lingkungan di sekitarnya," sambungnya.
Edward berharap masyarakat Indonesia dapat melihat dan mengapresiasi batik tidak hanya dari pembatiknya, namun lebih dari itu. Yaitu mengenal kuliner khas kota tersebut, adat istiadatnya, tempat peribadatan, flora dan fauna, dan aspek-aspek lain yang menjelaskan kehidupan di balik batik dari masing-masing daerah.
"Kita harus benar-benar aware terhadap batik. Sudah saatnya kita promosikan kota produsen batik, sehingga bisa dikunjungi turis. Dengan melihat langsung kehidupan batik dari akarnya. Kecintaan dan kebangaan akan keluhuran budaya Indonesia takkan pernah pudar," pungkasnya.