Jika polisi terlalu gendut, masyarakat akan ragu dengan kemampuan polisi.
Jum'at, 22 Oktober 2010, 21:15 WIB
Maryadie Adalah Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Sutarman yang mempersoalkan para polisi gendut ini. Sutarman mengkritik banyaknya Polantas yang bertubuh tambun. Kritikan itu pun diungkapkan secara terbuka.
"Saya lihat banyak anggota Polantas yang semakin tambun, bahkan untuk berjalan saja pun susah. Mereka harus sering fitness. Padahal, di situ (Mapolda Metro Jaya) kan ada," kata Sutarman dalam sambutannya pada sebuah acara Pertemuan Polda Metro Jaya.
Dia mengingatkan sebagai seorang polisi lalulintas, mereka seharusnya memiliki fisik yang prima guna menunjang kinerja di lapangan, terutama saat mengatur lalu lintas, serta mengejar para pelaku kejahatan.
Namun, Sutarman menyinggung ada sisi lain yang menguntungkan bagi perwira bertubuh tambun, khususnya para Polisi Wanita (Polwan).
"Polwan yang gemuk, biasanya sangat efektif untuk menangani aksi unjuk rasa. Jadi secara psikologis ada manfaatnya juga," ujar mantan Kapolda Jawa Barat itu yang disambut tawa tamu undangan.
Sorotan terhadap polisi tambun sesungguhnya bukan kali ini saja terjadi. Bahkan, gara-gara badan mereka yang subur, pernah membuat Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sulawesi Selatan dan Barat sampai harus menggelar patroli kesehatan. Sasarannya adalah polisi gendut yang bertugas di Kepolisian Sektor dan Kepolisian Resor di Makassar.
Tim kesehatan ini mengecek kesehatan seluruh personel. Targetnya adalah polisi dengan berat badan tidak normal, baik over weight (kegemukan) maupun under weight (terlalut kurus).
Bagi polisi yang memiliki berat badan tidak normal diberikan petunjuk khusus untuk melakukan terapi. "Bagi mereka yang gendut, diinstruksikan melakukan olahraga rutin demi mengurangi kandungan kadar lemak dalam tubuh, sekaligus memeriksa kesehatan fisik," kata Juru Bicara Polda Sulawesi Selatan dan Barat, Komisaris Besar Hery Subiansauri.
Perintah itu, menurut Hery, bahkan serentak datang dari Markas Besar kepolisian RI. Polisi harus menjaga fisik agar tetap ideal untuk mempermudah aktivitas. "Yang dimaksud tubuh ideal itu proporsional antara tinggi dan berat badan. Kalau tinggi 170 sentimeter idealnya 60 kilogram atau dikurangi 110," kata Hery.
Bukan hanya Polda Sulawesi Selatan dan Barat saja yang memerintahkan aparat mereka menjaga tubuh ideal. Namun, Polda Jatim juga sama. Mereka menggembleng fisik para personel kepolisian dan Brimob. Sebab, dari pengecekan banyak polisi bertubuh gemuk. Latihan fisik di bawah instruktur kebugaran kepolisian itu, digelar di markas Brimob Kompi I di Jl Veteran, Kota Kediri.
Peserta latihan fisik itu adalah para anggota yang berbadan tidak ideal. Umumnya, berat badan mereka di atas 80 kg padahal tingginya sedang.
“Ini program dari Polri, tapi di Jatim baru pertama kali dilaksanakan," ujar Wakil Kepala Satuan (Wakasat) Brimob Polda Jatim, Ajun Komisaris Besar Polisi Waris Agono.
Waris menegaskan jika polisi terlalu gemuk, masyarakat akan meragukan kemampuan polisi. Sebab, untuk membawa badannya sendiri saja sudah kesulitan. "Bagaimana akan membantu," terangnya.
Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Rony Lihawa saat dihubungi VIVAnews mendukung program pemberantasan polisi bertubuh gendut. Kata dia, untuk mendukung tugasnya badan polisi harus singset dan fit.
Ronny mengatakan, sejatinya sudah ada program untuk mengatasi masalah polisi tambun ini. "Setiap bulan harusnya ada pengecekan fisik polisi," katanya.
Bahkan, Ronny menekankan mestinya ada sanksi bagi polisi berbadan berlebihan. "Sanksinya bisa lebih keras yakni tidak bisa mendapatkan promosi dan tidak boleh sekolah," katanya.
Kata Ronny, dalam setiap ujian atau kenaikan pangkat harusnya ditetapkan standar berat tubuh personel polisi. "Kalau beratnya berlebih, ya tidak lulus," katanya. (hs)
• VIVAnews