Yang Pertama Masuk Surga

http://aufanury.files.wordpress.com/2010/05/surga.jpgArkian, di muka surga kelak menurut Nabi saw.
Akan ada empat manusia yang hendak masuk surga lebih dulu. Dasar manusia, mereka saling bebuat siapa yang mula-mula berhak masuk surga pertama kali. Karea Malaikat Ridwan tidak dapat mengambil keputusan, turunlah Malaikat Jibril dtugaskan menjadi hakim. Mereka adalah pahlawan, orang kaya yang dermawan, haji mabrur, dan orang alim yang saleh.

Salah satu dari mereka dpanggil ke muka dan ditanya oleh Jibril, "Dengan sebab apa engkau beruntung akan masuk surga tanpa disiksa?"

Orang itu menjawab, "Saya seorang pahlawan yang mati syahid di medan perang karena membela agama".

Jibril berkata, "Dari mana kau tahu bahwa pahlawan yang mati syahid bakal masuk surga tanpa dihisab?"

Pahlawan menjawab, "Dari orang alim."

Jibril lantas berkata, "Kalau begitu, jagalah akhlak mu dengan baik. Biarkan orang alim masuk surga lebih dulu." ucap Malaikat Jibril.

Pahlawan menundukkan dan menyadari ketidaksopanannya.

Dipanggil pula oleh Jibril Haji mabrur, yang ikhlas da tidak cacat dalam menjalankan ibadahnya. Bertanya Jibril kepada Haji mabrur, "Siapa engkau? Dan apa amal kebaikan apa di dunia mu sehingga kau mau masuk surga lebih dahulu?".

Haji itu berkata, "Saya seorang Haji yang mabrur, Sesuai janji Rasulullah, tidak ada balasan setimpal bagi saya kecuali surga."

Jibril berkata, "Betul, begitulah janji Nabi sejalan dengan wahyu Allah. Tetapi, dari mana engkau tahu bahwa Rasulullah pernah berjanji begitu?"

Haji menjawab, "Dari guru saya, orang alim." Sahut sang Haji.

"Dari orang alim katamu? Mengapa engkau tidak menjaga adab, membiarkan orang alim masuk surga lebih dulu?" Sahut Jibril.

Haji itupun mundur menginsyafi kekeliruannya.

Sesudah itu maju pula orang kaya yang dermawan, yang sebagian banyak hartanya disedekahkan di jalan kebaikan.

"Engkau ingin masuk surgaterlebih dahulu?" Tanya Jibril.

"Benar, Saya mau masuk surga yang mula-mula karena hal itu merupakan hak saya."

"Apa yang kamu lakukan di dunia ketika engkau masih hidup hingga punya pendapat seperti itu?" Tanya Jibril lagi.

"Saya adalah seorang hartawan. Kekayaan saya itu saya dapatkan melalui jalan yang halal, saya peroleh dengan kerja keras dan berhemat. Tetapi, sesudah terkumpul banyak, harta saya tidak saya pergunakan untuk berfoya-foya di tempat maksiat, dan tidak juga hanya saya belanjakan untuk diri sendiri dan serta keluarga saya, tetapi sebagian besar saya belanjakan untuk menolong masyarakat, untuk menunjang kebaikan dan berjuang di sisi Allah swt.

"Dari siapa engkau mendapat tahu bahwa semua kau lakukan itu akan diganjar dengan masuk surga tanpa dihisab?" Jibril bertanya cermat.

"Dari orang alim, guru saya." Jawab si hartawan.

"Dari orang alim?"

"Betul."

"Jadi kenapa orang alim yang sudah mengajarkanmu dengan kebaikan dan kebenaran tidak kau biarkan masuk surga lebih dulu sebagai tanda terima kasihmu kepadanya?"

"Maaf, tadi saya khilaf. Sekarang saya sadar. Saya rela masuk surga paling belakang. Biarlah yang alim itu yang pertama masuk surga."

"Nah, begitulah sepatutnya." Ujar malaikat Jibril,

Maka orang kaya itu segera mundur dan orang alim dipersilahkan masuk surga lebih dulu. Namun dasar orang alim yang saleh, ia tetap setia kepada ilmu yang didalaminya, yaitu mengalah dan merendah hati. Dengan segala keikhlasan orang alim itu berkata,

"Maaf, Tuan-tuan, dan maaf para malaikat yang bijaksana. Sebagai orang alim saya tidak akan dapat belajar dan mengajar dengan tenang apabila tidak ada pahlawan yang rela mati syahid. Serta saya tidak akan memperoleh pahala yang terus menerus jika murid saya yang haji ini tidak mengamalkan ilmu saya secara benar. Dan saya, orang alim, dan dia pahlawan, serta dia haji mabrur, tidak akan dapat memperoleh keleluasaan beribadah serta mengajarkan ilmu saya apabila tidak ada kedermawanan orang kaya yang mau membiayai tentara berangkat perang, yang mau menyediakan kelapangan bagi perjalanan haji, yang mau membangun madrasah, tempat-tempat pengajian agama, penyantunan anak-anak yatim, serta macam-macam kebaikan lainnya. Semua itu mustahil terwujud apabila tidak ada orang kaya yang dermawan. Karena itu, biarlah orang kaya ini yang masuk surga terlebih dahulu, disusul oleh pahlawan, kemudian haji mabrur, dan izinkanlah saya masuk surga palig penghabisan."

Akhirnya, diputuskan oleh malaikat Jibril sebagaimana diusulkan oleh orang alim itu, yakni hartawan yang dermawan itulah yang masuk surga paling depan.
sumber : 30 kisah teladan, KH Abdurrahman Arroisi.