Kain Tenun Geringsing yang Langka, Salah Satu Keunikan Budaya Indonesia

Quote:
Kain Tenun Geringsing

Kain Tenun Geringsing berkembang di sebuah desa bersahaja di Bali, nama desa tersebut adalah Tenganan atau biasa disebut dengan Bali Aga. Penduduk Desa Tenganan ini adalah suku asli Bali yang masih mempertahankan tatanan dan cara hidup tradisional.

Desa Tenganan

Kain Tenun Geringsing dibuat dengan teknik tenun ganda dan diwarnai dengan bahan-bahan alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Teknik pembuatannya sangatlah rumit dan memakan waktu yang sangat lama, untuk pembuatan satu helai kain tenun gringsing biasanya memakan waktu 3 tahun.
inilah yang membuat kain tenun gringsing menjadi langka.

Teknik pembuatan kain tenun geringsing inipun sama langkanya dengan kainnya, cuma ada satu2nya di Indonesia dan di dunia yang mengenal teknik ini juga cuma India dan Jepang, jadi nih kain bener2 langka gan..

Tenun Ikat Teknik Ganda

Quote:
Mitos tentang Kain Tenun Geringsing

menurut cerita rakyat di desa tenganan, Dewa Indra -dewa pelindung dan guru kehidupan bagi orang Tenganan- mengajarkan kepada wanita-wanita teknik menenun kain gringsing yang melukiskan, sekaligus mengabadikan keindahan Bintang, Bulan, Matahari, serta hamparan langit lainnya.Kain tenun berwarna gelap alami yang digunakan masyarakat setempat untuk kegiatan ritual agama atau adat dipercaya memiliki kekuatan magis. Kain ini menjadi alat yang mampu menyembuhkan penyakit dan menangkal pengaruh-pengaruh buruk.

Penduduk wanita Desa Tenganan mengenakan kain Gringsing

kata geringsing berasal dan dua kata yaitu gering yang berarti “sakit” atau “penyakit” dan sing berarti “tidak” atau “menolong”. Dan kedua akar kata tersebut yaitu kata gering dan sing disatu padukan akan menjadi kata geringsing yang dapat berarti tidak sakit atau menolak penyakit yang dapat diperkirakan akan terhindar dan segala penyakit. Oleh karena demikian orang Tenganan mempunyai pandangan bahwa kain geringsing memiliki peranan/fungsi yang amat penting.
Quote:
Tata Upacara Pembuatan Kain Geringsing

Pembuatan kain geringsing

Masyarakat Tenganan Pegeringsingan percaya bahwa segala sesuatu pekerjaan yang dimulai dengan diawali upacara keagamaan maka hasilnya akan baik dan menjumpai keselamatan.

Pantangan bagi masyarakat Tenganan Pegeringsingan untuk menenun kain Gringsing pada saat datang bulan (haid). Mengenai upacara keagamaan dilakukan secara bertahap selama proses pembuatan tenun tradisional Geringsing berlangsung.

entetannya adalah sebagai berikut : setelah proses pembuatan dimulai, diawali dengan mencelupkan benang kedalam minyak lilin (minyak kemiri/malem) dan air serbuk kayu dalam wadah yang terbuat dan tanah hat (jeding) kemudian ditutup dengan kain putih hitam (gotia) guna menghindan adanya pengaruh roh jahat (leak).

Setelah ikatan pertama disimpulkan disertai dengan yadnya kecil yang terdiri dan : kembang sepatu, dauh sirih gulung, kapur sirih dan 2 set uang kepeng 11, pada lubangnya digantungkan benang katun yang diikat 2 kendi. Ikatan terakhir pada bahan hanya dapat diikat oleh wanita yang lewat masa menapouse.
Quote:
Bahan-bahan Pewarna Kain Geringsing

Konon warna merah dari kain Gringsing dibuat dari darah manusia, tetapi ternyata itu hanyalah hoax yang sengaja dimunculkan oleh penduduk desa tenganan untuk memproteksi kain gringsing agar tidak ditiru.

Adapun bahan-bahan warna alami dan tenun Geringsing itu adalah sebagai berikut:
  • Warna merah dibuat dari “babakan” (kelopak pohon) Kepundung putih dicampur dengan akar pohon Sunti.
    Spoiler for pohon kepundung:
  • Warna kuning dibuat dari minyak buah kemiri yang sudah berumur lama, kira-kira 1 tahun dicampur dengan air serbuk/abu kayu kemiri.
    Spoiler for kemiri:
  • Warna hitam dibuat dari pohon Taum.
    Spoiler for Pohon Taum:
Quote:
Jenis-jenis Kain Geringsing


dahulu jenis-jenis kain gringsing dibuat dalam 20 jenis, tapi sekarang hanya dibuat 14, sebagian diantaranya adalah :

Gringsing Lubeng



ciri khas : bermotif kalajengking
macamnya : Gringsing Lubeng Luhur, Gringsing Lubeng Petang Dasa dan Gningsing Lubeng Pat Likur.
berfungsi untuk : busana adat dan upacara agama.

Geringsing Sanan Empeg



Ciri khas :tiga bentuk kotak-kotak/poleng berwarna merah dan hitam.
berfungsi untuk : sebagai pelengkap sesajian bagi masyarakat

Geringsing Cecempakan



Ciri khas : bermotif bunga cempaka
macamnya : Gringsing Cecempakan Petang Dasa, Geringsing Cecempakan Putri, Geringsing Cecempakan Pat Likur
berfungsi : busana adat dan upacara agama.

Geringsing Cemplong



Ciri Khas : ada bunga-bunga besar diantara bunga-bunga kecil seolah-olah ada kekosongan
berfungsi : busana adat dan upacara agama

Geringsing Isi



Ciri Khas : pada motifnya semua berisi atau penuh, tidak ada bagian kain yang kosong
berfungsi : sebagai sarana upacara adat bukan untuk busana

Geringsing Wayang



Ciri Khas : bergambar wayang
Jenis : Geringsing Wayang Kebo dan Geringsing Wayang Putri

Geringsing Batun Tuhung



Ciri Khas : bermotif biji terong(batun tuhung)
berfungsi : selendang bagi wanita dan ikat pinggang bagi pria
(sudah hampir punah)