HONG KONG - Pengadilan Hong Kong mengandaskan harapan master feng shui Tony Chan untuk menguasai harta warisan mendiang pengusaha properti Nina Wang senilai lebih USD13 miliar (Rp121,5 triliun). Chan mengaku sebagai kekasih rahasia Wang selama 14 tahun.
Tak heran jika pakar feng shui itu merasa berhak memiliki harta warisan miliuner tersebut. Di lain pihak, Chinachem Charitable Foundation mengklaim harta warisan Wang harus diberikan kepada mereka.
"Pengadilan menemukan bahwa surat wasiat tahun 2006 (yang diajukan Chan) itu tidak ditandatangani Nina Wang," ungkap hakim Pengadilan Tinggi Johnson Lam dalam keputusan tentang kasus yang disebut "Pertarungan Surat Wasiat" itu.
Perebutan harta warisan itu menjadi berita besar yang terus disoroti publik Hong Kong. Ketenaran isu perebutan harga warisan Wang pun mengisi halaman depan surat kabar Hong Kong selama berpekan-pekan, sejak pertama kasus itu dibuka pada Mei tahun lalu.
Wang merupakan salah satu perempuan terkaya di Asia yang memiliki kerajaan properti Chinachem. Dia meninggal dunia akibat penyakit kanker pada April 2007 di usia 69 tahun. Kematiannya merupakan awal perebutan harta warisan antara Chan dan pihak keluarga Wang melalui Chinachem Charitable Foundation.
Masing-masing pihak mengklaim sebagai pemilik sah harta warisan Wang yang jumlahnya sangat menggiurkan tersebut. Hakim memutuskan, "Surat wasiat pada 2002 yang dimiliki saudara kandung Wang, mencerminkan keinginan lama Nina Wang untuk meninggalkan kekayaannya pada badan amal yang didirikannya." Keputusan pengadilan itu muncul setelah 40 hari proses pengadilan.
"Chan bukan kandidat yang layak untuk mewarisi kerajaan bisnis Wang dan hubungan miliarder perempuan itu dengannya, serta berbagai hadiah uang yang diberikan padanya, tidak membuktikan klaimnya (Chan)," papar keputusan hakim setebal 300 halaman.
Kasus perebutan harta warisan itu memiliki banyak cerita tentang rahasia keluarga, kehidupan seks, dan ketertarikan Wang terhadap feng shui, sistem perhitungan China kuno yang mengklaim mampu menyelaraskan harmoni alam dan banyak diterapkan warga Hong Kong.
Wang menggunakan feng shui sebagai cara untuk mencari suaminya, Teddy, yang diculik pada 1990 tapi jasadnya hingga kini tidak pernah ditemukan. Masing-masing pihak yang bertarung menggunakan para pengacara handal untuk memenangkan kasusnya.
Pengacara badan amal menuduh Chan menjadi seorang pakar feng shui untuk menipu Wang. Pengacara badan amal menyatakan, Wang tidak memiliki kemampuan mental untuk menandatangani surat wasiat itu karena masalah kesehatannya.
Sedangkan Chan, semula tidak dikenal di Hong Kong, sebelum dia tiba-tiba muncul untuk mengklaim sebagai kekasih lama Wang, setelah pemilik kerajaan properti Chinachem itu meninggal akibat kanker ovarium. Chan mengklaim bahwa Wang menyebutnya sebagai "suami" dan ingin memiliki seorang anak bersamanya pada saat Wang berusia 50-an tahun.
Saat itu Wang belum mengetahui bahwa dia tidak dapat hamil. Keluarga Wang berargumen, miliuner itu tidak pernah ingin mewariskan bisnis propertinya pada Chan. Menurut keluarga Wang, jika miliarder itu memberikan sejumlah uang pada Chan, itu hanya untuk nasehat feng shui yang diberikannya. Pihak keluarga Wang mengklaim, Chan tidak lebih hanyalah "toy boy" bagi janda yang kesepian.
Sebaliknya, Chan mengklaim, hubungan cinta antara Wang dan dia, dimulai dua tahun setelah suami Wang, Teddy, diculik pada 1990 dan tidak pernah muncul lagi. Teddy yang mendirikan Chinachem, dinyatakan telah meninggal dunia secara hukum.
Wang kemudian mewarisi perusahaan properti Chinachem setelah Teddy menghilang. Wang lantas membuat Chinachem semakin besar hingga menjadi konglomerat bisnis miliaran dollar.
Wang merupakan sosok perempuan sukses yang banyak dikagumi, karena meski bergelimang harta, dia hidup sederhana dan jarang tampil di publik. Konon saking sederhananya, Wang hanya menghabiskan USD400 (sekitar Rp3,8 juta) per bulan untuk biaya hidup. Wajar jika harta kekayaannya pun semakin menumpuk.